Pengabaian terhadap program Keluarga Berencana mengakibatkan jumlah penduduk menjadi tak terkendali. Contohnya, proyeksi jumlah penduduk melonjak di luar harapan pada 2010.
Pengendalian penduduk harus menjadi
prioritas. Apalagi kesehatan dan usia harapan hidup meningkat sehingga
tanpa pengendalian rawan terjadi ledakan jumlah penduduk. Hal tersebut
terungkap dalam jumpa pers dalam rangka Hari Kontrasepsi Dunia yang
mengangkat tema "50 Tahun Pil Kontrasepsi", Kamis (23/9).
Direktur Jaminan dan Pelayanan Keluarga
Berencana (KB) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Setia
Edi mengatakan, jumlah penduduk pada 2010, menurut perhitungan Badan
Pusat Statistik (BPS), sebanyak 237,6 juta jiwa. Angka itu melenceng
dari proyeksi BPS, yakni jumlah penduduk 234,2 juta pada tahun ini.
Jumlah penduduk 237,6 juta tersebut
mendekati proyeksi BPS untuk jumlah penduduk tahun 2015, yakni 237,8
juta jiwa. "Angka itu sudah tercapai sekarang. Dengan melencengnya
proyeksi itu, jumlah penduduk diperkirakan 264,4 juta tahun 2015,"
ujarnya.
Dia mengatakan, jika yang ber-KB 1
persen saja setiap tahun, proyeksi tahun 2010 akan tetap sesuai.
"Kenyataannya, yang ber-KB tidak sesuai harapan," ujarnya.
Pemerintah mempunyai target baru. Pada
2014, ditargetkan Angka Fertilitas Total (Angka Kelahiran/TFR) 2,1 dan
pengguna kontrasepsi 65 persen. Saat ini, TFR 2,3 dan pengguna
kontrasepsi sekitar 61,4 persen. Selain itu, ditargetkan empat tahun ke
depan unmeet need 5 persen dan usia kawin pertama 21 tahun.
Setia mengatakan, salah satu kendala
program KB ialah otonomi daerah yang menyebabkan keterputusan koordinasi
dan implementasi program secara luas. Tidak semua daerah mempunyai
struktur yang khusus mengurusi KB. Di tengah perubahan itu, fungsi
petugas Penyuluh Lapangan KB (PLKB) juga tergerus karena kurangnya
dukungan. Padahal, PLKB penting untuk mengedukasi dan memberikan
konseling sehingga masyarakat dapat merencanakan keluarga dengan baik
dan rasional.
Dia mengatakan, penggunaan kontrasepsi
sangat bergantung pada tiap-tiap pasangan. Pemerintah tetap konsisten
dengan pandangan penggunaan kontrasepsi rasional, efektif, dan efisien.
Saat ini penggunaan kontrasepsi baru 61
persen. Itu pun yang masih dominan ialah suntikan yang jangka pendek.
"Jika menggunakan kontrasepsi jangka panjang, seperti IUD (spiral),
biaya transportasi dapat dihemat," ujarnya.
Berdampak luas
"Liarnya" pertambahan penduduk
memprihatinkan. Pencapaian target pembangunan ditentukan pula oleh
pertambahan penduduk. Ketua Ikatan Dokter Indonesia Prijo Sidipratomo
mengatakan, sebuah bangsa yang kuat harus mempunyai perencanaan,
termasuk membangun sumber daya manusia berkualitas yang akan menjadi
daya saing sebuah bangsa.
Ketua Asia-Pacific Council on
Contraception (APCOC) Biran Affandi mengungkapkan, ber-KB memberikan
keuntungan, antara lain, meningkatkan kesehatan ibu dan anak,
peningkatan kualitas hidup keluarga, pemberdayaan perempuan, pelestarian
lingkungan, stabilitas keamanan negara, pertumbuhan ekonomi makro, dan
pengurangan aborsi. Edukasi tentang merencanakan keluarga dengan baik
sangat penting. (INE)
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Seputar KB
dengan judul KB Diabaikan, Jumlah Penduduk Melonjak. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://kencana14.blogspot.com/2012/09/kb-diabaikan-jumlah-penduduk-melonjak.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Kencana 14 - Senin, 10 September 2012